Senin, 09 Januari 2012

Sepenggal Novel Cinta Putu (2)

Dengan kepala tertunduk, lelaki aneh itu berjalan melewati laut dari Nusa Penida ke pulau Bali. Kali ini tak seperti biasa, kini tak lagi bersama putu. Putu yang dua minggu yang lalu beranjak ke Jogja memang sangat dirinduinya. Lelaki aneh itu melanjutkan cita-citanya di sebuah university yang berlokasi di sebuah kota kecil, yang sering orang sebut itu Undiksha. Cukup lama kini mereka hidup berpisah, nampaknya putu sudah bisa sedikit terbiasa dengan hal itu. Namun di satu sisi, lelaki aneh itu hingga pada waktu itu masih perlu beradaptasi dengan keadaan yang seperti itu. Minggu terus berganti minggu.. sampai tiba hari dimana putu pulang kembali ke Nusa Penida. Di lain pihak, saat itu merupakan saat dimana lelaki aneh itu menjelang masa-masa ujian. Kini lelaki itu sanget kebingungan, tak tau harus bagaimana caranya agar bisa bertemu dengan putu. Setelah melalui pemikiran yang panjang putu memeutuskan untuk pulang tanpa menghiraukan perkuliahan. Putu merasa sangat bahagia akan hal itu. Dengan langkah mantap serta menggunakan sebuah motor metic yang berwarna kining keemasan, putu menunggu lelaki itu di sebuah pelabuhan kecil khusus boat lokal yang masyarakat setempat menyebut itu dermaga Buyuk. Beberapa menit menunggu, putu akhirnya melihat lelaki aneh itu menginjakan kakinya di pasir putih tanpa menggunakan alas kaki. Malu rasanya bila mereka berpelukan di sana. Tanpa percakapan panjang lebar, putu pun menghantarkan lelaki aneh itu kerumahnya yang tak jauh dari pelabuhan itu. Selepas lelaki aneh itu turun, putu langsung berjalan. Ya.. memang putu tak pernah sekalipun mau mampir ke rumah laki-laki itu karena beberapa alasan. Putu pun akhirnya pulang. Sorenya mereka hanya jalan-jalan di beberapa tempat menarik di sana. Merekapun melalukan itu berulang-ulang selama enam hari, hingga akhirnya lelaki aneh itu harus kembali ke tempat dia kuliah. Tanpa diantar oleh putu, lelaki aneh itu pergi melewati laut Nusa Penida. Satu minggu kemudian tiba waktu putu untuk kembali ke jogja. Yaa... mereka terus berkomunikasi seperti yang sering mereka lakukan.....

Rabu, 04 Januari 2012

Sepenggal novel cinta Putu

Hari itu hujan sedang malas turun, putu masih berdiri di depan kelas temanya yang mana kelas itu dibilang popular oleh teman2nya. Sambil menanti seorang teman sedesanya, putu melihat seorang yang datang dari sudut belakang ruang guru yang kemudian melewati putu tanpa senyuman sedikitpun. Dalam hati putu hanya berpikir “ternyata dia?? “ .. namun itu hanya sekilas. Sedatang temannya, putu langsung bergegas kelapangan sekolah seiring bunyi bel yang memanggil. Kala itu putu baru delapan bulan bersekolah di SMA yang terletak di nusa penida itu. Jadi banyak siswa yang cukup ia kenal. Putu adalah anak kost, karena rumahnya jauh dari sekolah. Sore hari, ia biasanya jalan2 untuk mengisi waktu senggang. Sepintas ia sempat melihat seorang yang bersifat aneh di jalanan. Namun baginya ia hanyalah tontonan.
Hari berganti2 dan berganti, saat itu putu sedang berpacaran dengan salah satu teman sekelasnya. Dan disuatu ketika, mereka bertengkar hebat. Orang aneh itu melihat pertengkaran itu dengan penuh rasa heran. Tamparan menghiasi pipi putu yang kala itu masih sangat kencang dan halus. Si orang aneh itu hanya terdiam bersama temen2 yang laen. Kebetulan kelas putu dengan orang aneh itu hanya bertetanggaan. Semua berlalu begitu saja. Hari2 pun berganti.
Kini putu telah ada di kelas dua. Ia memilih program IPA. Dengan tujuan ketemu dengan salah satu teman sedesanya yang bernama Dewi, dengan tidak disengaja putu melihat seorang laki2 pendiam sedang duduk menyendiri di sudut kelas. Putu dibuat heran olehnya. Dengan penuh senyuman ia bertanya kepada Dewi tentang asal-usul laki2 aneh itu. Namun semua hanya gurauan…
Putu merasa tertarik dengan laki2 itu. Dengan meminta bantuan dari beberapa temannya, putu pun akhirnya mendapatkan no ponsel laki2 itu. di Liburan semester pertama, putu mengirimkan sebuah pesan pendek pada laki2 aneh itu. Tak lama setelah itu, pesan putu pun dibalas. Sedikit banyaknya, putu merasa terhibur olehnya. Putu pun mengulang kegiatan tersebut hingga tiba hari masuk sekolah.
Kini putu telah menjalin cinta dengan laki2 aneh itu. Di benak putu, ini hanya coba2 saja. Memang laki2 itu sangat kurang dalam urusan percintaan. Tapi entah mengapa putu dibuat semacam tertantang olehnya. Dari sejak pertama bertemu di sebuah dermaga kecil dan melalui semacam paksaan dari putu, laki2 aneh itu sangat aneh di benak putu. Waktu itu, tiap jam 7 malam mereka bertemu disebuah gubuk kecil di tepi dermaga. Seolah2 putu tengah mengajarkan laki2 itu mengenal cinta.
Sekarang laki2 aneh itu semakin punya cinta kepada putu. Mereka bahagia. Saling terbuka. Namun laki2 aneh itu punya sifat mengekang, sehingga putu pun merasa terkekang. Hingga menjelang kelulusan sekolah, putu pun sibuk memikirkan tentang kemana akan melanjutkan pendidikan. Namun di satu sisi, laki2 aneh itu hanya santai saja. Hingga akhirnya putu memberitahunya bahwa putu akan bersekolah di jogja, dimana ia akan memilih progam kebidanan di salah satu sekolah kesehatan yang bernama stikes guna bangsa. Laki2 itu hanya bisa tersenyum sambil menangis.
Semua tak sesingkat yang diceritakan. Sejak itu putu merasa bingung tentang cintanya kepada laki2 itu. Kadang kala, putu menangis. Kadang juga tersenyum. Saat itu akan mejelang hari ulang tahun pacarnya, si laki2 aneh itu. Ia memberi sebuah rumah-rumahan kepada laki2 itu sebagai kado ulang tahunnya. Laki2 itu tersenyum sambil membayangkan makna dari hadiah itu. Sampai kemudian mereka akhinya berpisah…..